ALLAH ITU ADA. bab II
Kata Karl Marx, bapak
komunisme, sebenarnya tuhan tidak menciptakan manusia, tapi manusialah yang
menciptakan tuhan. Ia adalah khayalan manusia, kata Karl Marx. Sebegitu
hebatnya khayalan manusia, akhirnya manusia menjadi percaya bahwa tuhan itu
ada. Demikian ringkasnya pendapat Marx tentang manusia dan tuhan.
Kalau
demikian, dalam pikiran Karl Marx, tuhan itu tidak ada bedanya dengan Superman,
Spiderman bahkan bisa jadi Dora Emon. Jagoan-jagoan dunia khayal yang sudah
seolah-olah nyata. Buktinya ada kan orang yang begitu terkesannya sama si
manusia Krypton sampai akhirnya menjadikannya sebagai idola (bayangkan, tokoh
kartun jadi idola!). Sama juga dengan sejumlah remaja putri seumurmu yang
memimpikan jadi pacarnya Dao Ming She, satu lakon di serial Meteor Garden.
Padahal si kasep berambut shaggy ini kan fiktif. Cuma khayalan.
Nggak
usahlah kita membahas Marxisme yang njlimet itu sehingga membuat orang
pusing (malah dengan kurang ajar Marx bilang kalau agama itu adalah candu),
yang sebenarnya jauh dari kebenaran. Tapi yang memprihatinkan saya dan kita
semua adalah di zaman milenium ini, nggak sedikit remaja yang makin tidak
peduli apakah tuhan itu ada atau tidak. Malah ada juga yang dengan bangga
bilang, “I don’t believe in God. I am atheist.” Na’udzubillahi min dzalik.
Memang
benar Tuhan atau yang kita sebut Allah, adalah Zat yang nggak keliatan oleh
mata kita, nggak terdengar gerakannya atau suaranya oleh telinga kita, dan
tidak teraba ZatNya oleh kulit kita. But, karena tidak terindera, bukan
berarti Ia itu tidak ada, apalagi kalau lantas kita bilang Ia adalah khayalan
(Mahasuci Allah dari segala yang manusia sifatkan padaNya). Soalnya, untuk
mengenal dan mengetahui sesuatu itu ada nggak selamanya kita harus mengindera
secara langsung. Banyak bukti untuk itu.
Kawan,
untuk mengetahui dan percaya bahwa gravitasi bumi itu ada nggak mesti kan kita
melihat dan meraba ‘zat’nya? Cukup dengan melihat setiap benda jatuh ke bawah
setiap orang pasti percaya kalau gaya tarik bumi itu ada. Begitu pula untuk
percaya bahwa kita kena virus flu tidak mesti kita melihat bentuknya, cukuplah
dengan merasakan badan kita demam, kepala pusing, hidung berlendir, dan kita
mulai batuk-batuk.
Untuk
percaya bahwa Sang Maha Pencipta itu ada, juga nggak mesti kita mengindera
ZatNya. Karena Allah SWT. telah memberikan berbagai macam bukti bahwa Ia itu
eksis, ada, yaitu lewat mahluk ciptaanNya. Kalau ada yang diciptakan (mahluk)
pastinya ada yang menciptakannya (Al Khaliq). Sederhana, bukan?
Ya,
perhatikanlah dengan seksama sekeliling kita, maka kita nggak bakalan bisa
membantah kalau Allah itu ada. Apalagi seluruh benda yang ada di alam semesta
ini – termasuk kita, manusia – memiliki kesempurnaan dan keteraturan yang luar
biasa. Albert Einstein, fisikawan terkemuka sampai mengatakan, “Tuhan tidak
bermain-main dengan alam semesta.” Dalam Al Qur’an Allah SWT. berfirman:
“Maka
apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan,”(TQS. Al Ghasiyyah [88]:17).
Coba
perhatikan, unta itu adalah hewan yang kuat berjalan bermil-mil. Unta memiliki
kelasa atau punuk yang berisi air dan makanan, yang akan terkulai ke samping
bila persediaan air dan makanan di dalamnya habis. Biasanya, sebelum perjalanan
pemilik unta menyuruh hewan peliharaannya itu untuk meminum air
sebanyak-banyaknya. Caranya, minuman tersebut dicampur garam sehingga begitu
meminumnya akan terus merasa haus dan banyak minum. Volume air yang dapat
diminum unta dapat mencapai 15 galon (kurang lebih 56 liter) air.
Unta
mempunyai tiga perut; perut samping, perut kelenjar pencerna dan perut
penyerap. Pada dinding-dinding perut pertama dan kedua merupakan
kantung-kantung penyimpan air dan pencerna makanan. Bila si penunggang unta
kehabisan bekal air, unta akan disembelih untuk diambil simpanan air di
kantungnya tersebut. Sedang perut ketiga menyerap hasil pengolahan makanan yang
dicerna kedua perut lainnya. Subhanallah!
Allah SWT.
juga berfirman:
“Dan
(juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?”(TQS. Adz Dzariyat [51]:21).
“Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”(TQS. At Tiin [95]:4).
Lihatlah
manusia. Kita adalah ‘mesin bologis’ yang menakjubkan. Manusia itu hidup dengan
jantung. Menurut ilmu kedokteran jantung manusia itu memompa darah 2.200 galon
setiap harinya, berarti 8.030.000 galon dalam setahun. Padahal besarnya hanya
segenggaman tangan dengan berat 225 dan 340 gram. Jantung kita juga berdenyut
lebih dari 70 kali setiap menitnya atau 4200 kali perjam, 100.800 perhari dan
36.792.000 dalam setahun. Nah, apa ada pompa selain jantung yang dapat bekerja
seberat itu dengan tanpa perawatan dan pergantian suku cadang? Subhanallah.
Menurut
ilmu kimia, garam yang setiap hari kita makan entah itu dalam sayur asem, rujak
atau bakso, memiliki rumus NaCl (Natrium Chlorida). Apakah kamu tahu bahwa
garam yang aman untuk dikonsumsi itu sebenarnya terdiri dari dua unsur yang
mematikan. Logam Natrium adalah basa kuat yang bisa merusak kayu, kertas dan
tangan kita. Bila direaksikan dengan air ia akan mengikat ion -OH
dari air menjadi NaOH (Natrium Hidroksida) yang merupakan basa kuat dan
melepaskan gas H2 (hidrogen) yang mudah terbakar. Sedangkan klorida
di alam bebas itu ada yang berupa gas klorida Cl2 yang dijamin bikin
ampuh mencabut nyawa bila sampai mengisi paru-paru mahluk hidup.
Tapi
kawan, dengan sangat ‘ajaib’ dua unsur yang mematikan itu bila bersenyawa malah
jadi bahan penyedap makanan yang sering kamu bilang garam dapur. Sampai-sampai
kamu bisa bilang, makan tanpa garam, mana enak?
Nah,
pertanyaannya, apakah mungkin terbentuk berbagai macam kenikmatan hidup ini dan
keteraturan alam semesta – seperti struktur unta si penjelajah gurun, jantung
manusia dan garam dapur yang nikmat – tanpa ada yang menciptakannya dan
merekayasanya? Pastinya alam semesta tidak bisa bekerja secara otomatis,
seperti halnya badan kita nggak akan bisa bekerja tanpa komando dari akal. Dan
siapa yang mampu menggerakkan seluruh alam semesta ini kalau bukan ‘sesuatu’
yang bernama Tuhan.
Jadi,
Allah itu ada. Ia bukan kisah fiksi seperti Superman atau X-Men.
Allah juga bukan mitos macam Hercules, Zeus atau dewa-dewa dari dunia
pewayangan, apalagi kalau disejajarkan dengan Sun Go Kong kera sakti yang bisa
mengacak-acak nirwana. Mahasuci Allah dari segala perkara yang mereka sifatkan
padaNya.
Sobat,
tidak susah mencari Allah, kekuasaanNya ada di mana-mana. Dengan sesuatu yang
amat sederhana pun manusia yang sehat akalnya dan ikhlas hatinya dapat
membuktikan kalau Allah itu ada. Untuk beriman padaNya tidak mesti menjadi
seorang jenius seperti Einstein. Maka, tidak usah berpusing-pusing dengan
ucapan Karl Marx yang nggak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya di dunia,
apalagi di akhirat. Toh, tanpa perlu persetujuan gembong komunisme itu Allah sudah
pasti ada, iya kan?[Kr]
[Pernah
dimuat di rubrik "Takwin", Majalah PERMATA, edisi Nopember 2002]
Komentar
Posting Komentar