tulisan Cinta Untuk Muslimah
إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ ، وَنَعُوذُبِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّأَتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ ، وَمَن يُضْلِلْ فَلاَهَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَّإِلَهَ ِإلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَ نْتُمْ مُسْلِمُونَ ال عمران :
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَ نْتُمْ مُسْلِمُونَ ال عمران :
102
يَاأَ يُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَاْلأَ رْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا النساء :1
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا الاحزاب : 70-
71
أَمَّابَعْدُ: فَإِنَّ خَيْرَالْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ، وَشَرَّاْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَ لَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَ لَةٍ فِىالنَّارِ
Wahai
Ukhti Muslimah…Wahai wanita yang mengalir keimanan di dalam hatinya…Wahai
wanita yang mencintai Allah dan Rasul-Nya…
Engkau
yang telah ruku’ dan sujud, mengharap dan berdo’a kepada Allah yang Maha Suci
lagi Maha Agung.
Engkau
adalah seorang yang mempunyai peran besar dalam kehidupan laki-laki, baik
sebagai ibu, istri, saudara perempuan maupun anak.
Wahai
permata yang terjaga…Berlapanglah dengan sebuah pertanyaan ini…Tidakkah kalian
menginginkan untuk menjadi wanita yang terpilih oleh Allah karena kebaikan…?!
Tidakkah kalian ingin mendapatkan keutamaan yang Allah berikan…?!
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya
laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min,
laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta`atannya, laki-laki dan perempuan
yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang
khusyu`, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan
perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk
mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Ahzab: 35)
Oleh
karena itu saya berpesan kepada kalian sebagaimana yang Allah Ta’ala perintahkan:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
“Orang
mukmin yang laki-laki dan orang mukmin yang perempuan sebagian mereka (adalah)
penolong bagi sebagian (yang lain) mereka menyuruh pada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang munkar.” (At-Taubah: 71)
Dan
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
إِسْتَوْ صُوْا بِالنِّسَآءِ خَيْرًا
“Nasihatilah
wanita dengan kebaikan.” (Muttafaqun ‘alaihi)[1]
Sungguh
Allah Ta’ala senantiasa melihat dan mendengarmu…Sungguh Allah Ta’ala pasti
mengawasi dan memperhatikanmu…
Maka
hendaklah engkau takut kepada Allah Ta’ala, hindarilah jalanan dan tempat
terbuka, karena sungguh jika engkau berada dalam tempat yang terbuka sedang
kaum laki-laki melihatmu, haruslah engkau merasa takut dan khawatir terfitnah
dan menjadi penyebab fitnah.[2]
Tidakkah
engkau perhatikan perkataan sang teladan, Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam:
مَاتَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
“Tidaklah
aku tinggalkan fitnah setelahku yang lebih berbahaya atas laki-laki melebihi
fitnahnya wanita.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah dan
An-Nasa’i)[3]
Sungguh
berbahaya wahai Saudariku Muslimah jika engkau berada di tempat terbuka, karena
perbuatan itu dapat menjadi perantara bagimu dan lawan jenismu untuk
mendustakan perintah Allah yang Maha Suci lagi Maha Agung yang berfirman:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
“Katakanlah
kepada laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (An-Nur: 30)
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ
“Katakanlah
kepada wanita-wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya…,”
Tidak
hanya sampai di situ, bagi wanita, Allah Ta’ala melanjutkan firman-Nya:
وَلاَ يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ
“Dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya…” (An-Nur: 31)
Tidakkah
engkau lihat wahai Ukhti Muslimah, sesungguhnya wanita itu adalah aurat yang
bisa menjadi alat dan perantara setan untuk menjerumuskan kebanyakan kaum
laki-laki.
المَرْأَةُ عَوْرَةٌ إِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَ فَهَا الشَّيْطَانُ
“Wanita
itu adalah aurat. Bila ia keluar, setan akan menghiasinya (untuk menggoda
laki-laki)[4].” (HR. At-Tirmidzi)[5]
Tidakkah
engkau perhatikan wahai Saudariku Mukminah, sabda Rasulullah shallallahu’alaihi
wa sallam di atas merupakan peringatan bagi kita terhadap fitnahnya wanita…
Tidakkah
engkau meninggalkan semua sebab dan wasilah yang membangkitkan gejolak syahwat,
seperti ikhtilath (bercampur) dengan yang berlainan jenis, memandang ke
tempat-tempat fitnah yang ada pada tubuh lawan jenis yang bukan mahram, dan
perbuatan lain semisalnya…!
Demi
untuk menghindari ikhtilat, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam telah
memperingatkan kaum wanita agar tidak berjalan di tengah jalan, sebagaimana
hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari di dalam Al-Kuna dan Al-Imam
Abu Dawud dalam Sunan-nya, dari Hamzah bin Abi Usaid Al-Anshari, dari bapaknya
radhiyallahu’anhu:
أَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ يَقُولُ وَهُوَ خَارِجٌ مَنَ الْمَسْجِدِ فَاخْتَلَطَ الرِّجَالُ مَعَ النِّسَاءِ فِي الطَّرِيقِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ لِلنِّسَءِ اسْتَأْ خِرْنَ فَإِنَّهُ لَيْسَ لَكُنَّ أَنْ تَحْقُثْنَ الطَّرِيقَ عَلَيْكُنَّ بِحَافَّاتِ الطَّرِيقِ فَكَانَتِ الْمَرْأَةُ تَلْتَصِقُ بِالْجِدَارِ حَتَّى إِنَّ ثَوْ بَهَا لَيَتَعَلَّقُ بِالْجِدَارِ مِنْ لأُصُو قِهَا بِهِ
“Bahwa
dia mendengar Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda di saat beliau keluar
dari masjid, sedangkan orang-orang laki-laki ikhthilath (bercampur-baur) dengan
para wanita di jalan, maka Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda kepada
para wanita: “Minggirlah kamu, karena sesungguhnya kamu tidak berhak berjalan
di tengah jalan, kamu wajib berjalan dipinggir jalan.” Maka para wanita merapat
di tembok/dinding sampai bajunya terkait di tembok/dinding karena rapatnya.”
(HR. Al-Bukhari dan Abu Daud)
Dan
bukankah kita tidak ingin disimpangkan oleh Allah Ta’ala sebagai orang yang
memiliki mata yang khianat dan hati yang berpenyakit..!
فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللهُ قُلُوبَهُمْ
“Maka
ketika mereka menyimpang, maka Allah pun menyimpangkan hati mereka.”
(Ash-Shaff: 5)
يَعْلَمُ خَائِنَةَ اْلأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ
“Dia
(Allah) mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disempbunyikan di
dalam dada.” (Al-Mukmin: 19)
Padahal
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُ نَانِ زِنَاهُمَا الاسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلامُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَاالْخطَا
“Kedua
mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengarkan, lidah
zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, dan kaki zinanya
adalah melangkah.” (Mutafaq ‘alaih)[6]
Tidakkah
engkau ingin mendengar kesungguhan dan keikhlasan wanita muslimah yang
istiqamah melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya yang ia cintai, yaitu
ketika Ummu Humaid istri Abu Humaid As-Sa’idi radhiyallahu’anhuma mendatangi
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dan berkata: ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya
aku suka shalat bersamamu.” Beliau shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
قَدْعَلِمْتُ أَنَّكِ تُحِبِّينَ الصَّلاَةَ مَعِي وَصَلاَتُكِ فِي بَيْتِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِي حُجْرَتِكِ وَ صَلاَتُكِ فِي حُجْرَتِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلاَتِكِ فِي دَارِكِ وَصَلاَتُكِ فِي دَارِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ وَصَلاَتُكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ خَيْرٌلَكِ مِنْ صَلاَتِكِ فِي مَسْجِدِي قَالَ فَأَمَرَتْ فَبُنِي َلَهَا مَسْجِدٌ فِي أَقْصَى شَيْءٍ مِنْ بَيْتِهَا وَأَظْلَمِهِ فَكَانَتْ تُصَلِّي فِيهِ حَتَّى لَقِيَتِ اللهَ عَزَّوَجَلَّ
“Aku
tahu bahwa engkau suka shalat bersamaku, tetapi shalatmu di dalam rumahmu (yang
paling dalam) lebih baik daripada shalatmu di dalam kamarmu. Dan shalatmu di
dalam kamarmu, lebih baik daripada shalatmu di dalam rumahmu (yang tengah), dan
shalatmu di dalam rumahmu (yang tengah), lebih baik daripada shalatmu di masjid
kaum-mu. Dan shalatmu di masjid kaum-mu, lebih baik daripada shalatmu di
masjidku.” Perawi berkata: “Maka Ummu Humaid memerintahkan (membangun tempat
shalat-pen), lalu dibangunlah masjid (yakni tempat untuk shalat) untuknya di
ujung rumah di antara rumah-rumahnya, dan yang paling gelap, demi Allah, dia
biasa shalat di sana sampai meninggal.” (HR. Ibnu Khuzaimah, Ahmad dan Ibnu
Abdil Barr)[7]
Tidaklah
Ummu Humaid radhiyallahu’anha melakukannya melainkan karena mengharapkan
kecintaan Allah Ta’ala kepadanya, sebagaimana hal ini telah disabdakan Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam:
إِنَّ أَحَبَّ صَلاَةِ الْمَرْأَةِ إِلَي اللهِ فِي أَشَدِ مَكَانٍ مِنْ بَيْتِهَا ظُلْمَةً
“Sesungguhnya
shalat wanita yang paling dicintai oleh Allah adalah (yang dilakukan) ditempat
paling gelap di dalam rumahnya”. (HR. Ibnu Khuzaimah)[8]
Wahai
Ukhti Muslimah perhatikan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu ini,
dimana beliau mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَاوَشَرُّهَا آخِرُهَا، وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَاوَشَرُّهاَ أَوَّلُهَا
“Sebaik-baik
shaf pria adalah shaf yang pertama dan sejelek-jelek shaf pria adalah yang
paling akhir. Sebaik-baik shaf wanita adalah yang paling akhir dan
sejelek-jeleknya yang paling depan.” (HR. Muslim,An-Nasa’i, Abu Daud dan
At-Tirmidzi)[9]
Wahai
Ukhti Mukminah tidakkah engkau lihat.., perkara di atas berada dalam tempat
shalat, bagaimana jika hal ini terjadi di jalanan, di kampus, di pasar, atau
pun tempat umum lainnya…?!
Al-Imam
Bukhari rahimahullah meriwayatkan ucapan Aisyah radhiyallahu’anha:
لَوْأَدْرَكَ رَسُولُ اللهِ مَاأَحْدَثَ النِّسَاءُ لَمَنَعَهُنَّ كَمَا مُنِعَتْ نِسَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ
“Seandainya
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sempat menemui apa yang diada-adakan
oleh para wanita (saat ini) niscaya beliau akan melarang mereka sebagaimana
dilarangnya wanita-wanita Bani Israil.” (HR. Bukhari dan Muslim)[10]
Dalam
riwayat Al-Imam Muslim rahimahullah disebutkan:
“Salah
seorang rawi bertanya kepada Amrah binti Abdirrahman (murid Aisyah yang
meriwayatkan hadits ini darinya): “Apakah para wanita Bani Israil dilarang ke
Masjid?” Amrah menjawab: “Ya, Adapun hal-hal baru yang diada-adakan oleh wanita
Bani Israil, diantaranya memakai wangi-wangian, berhias, tabarruj, ikhtilath
dan kerusakan-kerusakan lainnya.”
Oleh
karena itu wahai Ukhti Muslimah, bersungguh-sungguhlah untuk menghindari tempat
terbuka, carilah tempat yang aman dan lebih utama, karena yang demikian itu
lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Hal ini telah dicontohkan kepada kalian
oleh istri-istri Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dan istri-istri para sahabat
yang mulia, sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala:
وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًافَاسْأَلُوهُنَّ مِن وَرَآءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُو بِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ
“Apabila
kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka, maka mintalah dari belakang
tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.”
(Al-Ahzab: 53)
Meskipun
ayat yang mulia ini berkenaan dengan isteri-isteri Nabi shallallahu’alaihi wa
sallam, namun ayat ini memberi pelajaran secara umum, baik bagi istri-istri
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam maupun wanita-wanita lain, berdasarkan
pendapat paling shahih diantara pendapat para ulama. Ayat ini dengan tegas
menunjukkan diwajibkannya wanita berhijab dari pandangan laki-laki, untuk itu bagaimana
pula kiranya jika kaum wanita berada di tempat terbuka yang tidak memiliki
tabir/hijab pembatas?!
Perhatikanlah
wahai Saudariku Mukminah, bahwa wajah adalah pusat perpaduan kecantikan wanita,
maka bertaqwalah kepada Allah.
Dari
Aisyah binti Abu Bakar radhiyallahu’anhuma, bahwa ia berkata:
“Adalah
para pengendara melewati kami sedangkan kami bersama Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam, sedang berihram. Maka jika mereka lewat di
samping kami, maka salah satu di antara kami melabuhkan jilbabnya dari
kepalanya agar menutupi wajahnya. Dan tatkala mereka telah berlalu, kami pun
membukanya kembali.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnul Jarud dan Al-Baihaqi)[11]
Dari
Asma’ binti Abu Bakar radhiyallahu’anhuma, bahwa ia berkata:
كُنَّا نُغَطِّي وُجُوْهَنَا مِنَ الرِّجَالِ
“Kami
(para sahabat wanita) menutupi wajah-wajah kami dari kaum laki-laki.” (HR.
Al-Hakim dan Malik)[12]
Dari
Ashim Al-Ahwal rahimahullah, bahwa ia berkata:
“Kami
mengunjungi (untuk belajar) kepada Hafshah binti Sirin rahimahallah sedangkan
ia menjadikan jilbabnya untuk bercadar, lalu aku katakan kepadanya: ‘Semoga
Allah merahmatimu! Allah Ta’ala telah berfirman: “Dan perempuan-perempuan tua
yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi),
tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud)
menampakkan perhiasan….” Ashim berkata: ‘Lalu ia (Hafshah binti Sirin)
mengatakan kepada kami: “Apa lanjutan ayat tersebut?” Kami menjawab: “…dan
berlaku iffah (menjaga kesucian diri) itu lebih baik bagi mereka.” (An-Nuur:
60).
Ia
(Hafshah binti Sirin) kemudian berkata: “Lanjutan ayat itu adalah penetapan
syari’at hijab (bagi wanita tua seperti aku)”. (Dikeluarkan oleh
Al-Baihaqi)[13]
Alhamdulillah,
semoga nasihat ini dapat menjadi kebaikan untuk kalian wahai Saudariku
Muslimah…
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلاَ مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَلاً مُّبِينًا
“Dan
tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, (dengan) sesat
yang nyata.” (Al-Ahzab: 36)
Shalawat
dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad, keluarga,
sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan ihsan.
وَعَيْنُ الرِّضَا عَنْ كُلِّ عَيْبٍ كَلِيْلَةٌ
كَمَا أَنَّ عَيْنَ السُّخْطِ تُبْدِي الْمَسَاوِيَا
Mata
yang penuh ridha akan terpejam dari segala aib yang ia lihat
Sedangkan
mata yang penuh kebencian yang ia lihat hanyalah keburukan.
نَظَرُوْا بِعَيْنِ عَدَاوَةٍ لَوْ أَنَّهَا
عَيْنُ الرِّضَا لاَسْتَحْسَنُوْا مَااسْتَقْبَحُوْا
Mereka
melihat dengan mata permusuhan, Kalau saja mereka melihat dengan mata
keridhoan, tentu mereka akan menganggap baik apa yang tadinya mereka anggap
buruk.
كُلُّ الْحَوَادِثِ مَبْدَأُهَا مِنَ النَّظَرِ
وَمُعْظَمُ النَّارِ مِنْ مُسْتَصْغَرِ الشَّرَرِ
Segala
malapetaka yang terjadi, berhulu dari sebuah pandangan mata,
Seluruh
azab di Neraka, berawal dari urusan kecil yang tidak terduga.
اَللَّهُمَّ اغْفِرلِي ذَ نْبِي كُلَّهُ دِقَّهُ وَجُلَّهُ وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ وَعَلاَ نِيَتَهُ وَسِرَّهُ
“Ya
Allah, ampunilah semua dosaku, dosa yang kecil dan yang besar, yang pertama
maupun yang terakhir dan yang nampak maupun yang samar.” (HR. Muslim)[14]
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Komentar
Posting Komentar