Amin Rais Meragukan Nasionalisme Jokowi

Jakarta (voa-islam.com) Hentakan yang begitu keras terhadap Jokowi datang dari Amin Rais. Mantan Walikota Solo, Jokowi yang sekarang ini sedang dielu-elukan oleh berbagai survey "jadi-jadian" yang menempatkan posisinya paling atas diantara semua kandidat capres, pasti membuat marah para fanatikusnya.

Pasti tak menyangka, Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional (PAN), Amien Rais, meragukan kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.

Bahkan mantan Ketua MPR, Amin Rais,  menilai kesuksesan yang disebut-sebut melekat dalam kepimimpinan Jokowi, begitu sang gubernur biasa disapa, hanya pencitraan belaka.

"Di Solo itu yang bekerja Rudi (FX Rudi, wakil wali kota). Saya ini orang Solo, kemiskinan dan kumuh masih banyak," katanya kepada Tempo di kediamannya di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis, 12 September 2013.

Menurut Amien, Jokowi belum bisa dianggap sukses memimpin Jakarta. Alasannya, kemacetan dan kumuh masih menjadi persoalan. "Dia berhasil membersihkan Pasar Tanah Abang, tetapi macet Jakarta masih terasa," ujarnya.

Mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat 1999-2004 itu juga meragukan Jokowi punya komitmen nasionalisme kuat kendati berasal dari partai nasionalis, PDI Perjuangan.

Amien menyebut kebijakan Megawati Sukarnoputri, Ketua Umum PDI Perjuangan, saat menjadi presiden, yaitu menjual saham PT Indosat Tbk ke asing, pembebasan utang pengusaha hitam, merupakan kebijakan yang berlawanan dengan semangat nasionalisme. "Mega saja bisa seperti itu," katanya.


Mantan Ketua Umum Muhammadiyah itu menilai kelompok politik Islam belum tentu berkoalisi dengan Jokowi jika maju sebagai calon presiden. "Belum tentu," katanya.

Memang, faktanya  ketika Megawati menjadi presiden, sebagian asset negara yang sangat strategis habis ludes dijualnya, termasuk Mega menandatangani dengan Cina penjualan "Gas Tangguh", yang sangat murah, dan merugikan negara miliaran dollar.
Selama Mega menjadi presiden, komitmen pemihakan kepada rakyat kecil tak nampak, dan hanya kebijakan menguntungkan para kepitalis, khususnya konglomerat Cina.

Lebih sedih, banyak tokoh-tokoh PDIP yang masuk "bui"karena korupsi, seperti diantaranya Panda Nababan yang menjadi "sohib" Taufik Kemas. Tetapi, sekarang PDIP oleh berbagai media seperti Kompas, Tempo, dan lainnya, dianggap partai yang paling baik, dan melakukan oposisi terhadap SBY.

Para pendukung Jokowi yang sudah sangat kebelet, ingin sekali Jokowi menjadi presiden di tahun 2014, terus menggelembungkan nama Jokowi, dan tak kurang 2000 sukarelawan, aktivis, buzzer, yang setiap hari terus mengisi tulisan, opini, berita, analisa, dan feature buat menggelembungkan nama Jokowi di berbagai media dan media sosial.

Bahkan, para pendukung fanatikus Jokowi, mulai melakukan manuver di internal Partai PDIP, dan berusaha membujuk Mega, agar menjadikan Jokowi sebagai Capres di 2014, dan berbagai langkah-langkah telah dilakukan, termasuk lobbi dan pendekatan lainnya yang tujuannya agar Jokowi itu bisa manggung di 2014. af/hh


Komentar