Bolehkah Aku Pinjam Bahumu?
Hujan hingga hari ini makin menampakkan
taringnya. Sudah sekian lama kita menantikan turunnya hujan dan akhirnya ia pun
membasahi tiap selah liang lahat dan menjadi gembur. Ada musim panas maka ada
pula musim hujan, Allaah menciptakan semua berpasang-pasangan. Semua makhluk
beredar pada garis edar yang pasti dan tak saling berebut orbit. Puji syukur
Alhamdulillaah senantiasa kita curahkan kepada sang Pemilik diri-diri yang tak
luput dari dosa namun selalu Allaah terbuka untuk memaafkan hambaNya yang
setia.
Sholawat serta salam tak lepas dari
lisan dan hati kita tertuju kepada panutan terbaik bagi seluruh umat,
Rosuulullaahi shollallaahu ‘alayhi wa sallam, keluarga beliau yang begitu
Allaah muliakan serta para shohabat yang Allaah ridhoi dan tak tertinggal pula
kaum muslimin yang selalu mencari tambahan ‘amal sholihnya.
Tampuk kepemimpinan umat silih berganti
hingga kita sekarang berada pada posisi yang begitu crusial, akhir zaman. Mungkin telah usai masa-masa di mana
ayah-ayah kita bahu-membahu menyingsingkan lengan baju berjibaku melawan
derasnya arus kezholiman penguasa negri pada zamannya. Perjuangan mengusir para
penjajah tak lepas dari sepak terjang para ‘ulama terdahulu kita. Salah satu
contoh seorang panglima perang, Diponegoro. Tak termakan oleh zaman dan masih
tetap harum hingga sekarang. Tonggak perjuangan bangsa pada kala itu tak lepas
dari semangat pembebasan dari tirani kaum kuffar. Semangat “TAKBIR” telah
membuat tegar kaum muslimin bangsa Indonesia dan menggetarkan gigi-gigi
penjajah.
Islam, tegak di atas lima perkara
hingga berdiri kokoh di atas Bumi ini. Rosuulullaahi shollallaahu ‘alayhi wa
sallam bersabda:
عَنْ أَبِي
عَبْدِ
الرَّحْمنِ
عَبْدِ
اللهِ
بْنِ
عُمَرَ
بْنِ
اْلخَطَّابِ
p،
قَالَ:
سَمِعْتُ
رَسُولَ
اللهِ
a يَقُوْلُ:
بُنِيَ
اْلإِسْلاَمُ
عَلَى
خَمْسٍ
شَهَادَةِ
أَنْ
لاَ
إِلهَ
إِلاَّ
اللهُ
وَأَنَّ
مُحَمَّدًا
رَسُولُ
اللهِ
وَإِقَامِ
الصَّلاَةِ
وَإِيتَاءِ
الزَّكَاةِ
وَحَجِّ
الْبَيْتِ
وَصَوْمِ
رَمَضَانَ.
Dari Abu ‘Abdirrohman ‘Abdullaah bin
‘Umar bin al-Khoththob rodhiyallaahu ‘anhu, ia mengatakan, "Aku mendengar Rosulullaah shollallaahu
‘alayhi wa sallam bersabda, 'Islam dibangun di atas lima perkara: persaksian
bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allaah dan bahwa Muhammad adalah
utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berhaji ke Baitullaah, dan
berpuasa Romadhon." (Riwayat al-Bukhori dan Muslim).
Imam Nawawi rohiimahullaah menerangkan
hadits ini dalam kitab Hadits Arba’in An Nawawi bahwasanya kalimat:
بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ
عَلَى
خَمْسٍ
Bahwasanya jika seseorang melaksanakan
kelima indikator tersebut maka telah sempurnalah imannya karena itu adalah
rukun iman.
Terang saja seseorang akan mencapai
kesempurnaan iman karena memang itulah rukunnya dan ketika rukun tidak
dilaksanakan maka akan tidak sempurna atau bahkan batal. Contoh kecil saja
wudhu’, jika salah satu rukunnya tidak dilakukan maka wudhu’nya pun tidak sah.
Ikhwah fillaah yang diRohmati Allaah
‘azza wa jalla, jika kita bercermin maka kita akan merasa bahwa ternyata kita
sudah sebesar ini. Tak tampak lagi ingus yang meleleh seperti lahar gunung
Merapi atau “nces” yang menghiasi bibir mungil. Bangunlah kawan, ternyata kita
sudah dewasa. Tantangan yang lebih berat sudah menanti kita di depan. Adanya
kita di sini adalah untuk menyerukan sembahlah Allaah wahai kaum muslimin dan
jauhilah sesembahan selain hanya kepada Allaah. Kelima tiang bangunan Islam
sebagaimana yang telah Baginda Rosulullaah shollallaahu ‘alayhi wa sallam
sampaikan dalam hadits di atas mengisyaratkan bahwa itu adalah kewajiban mutlak
bagi kita yang mengaku Muslim.
Setelah kita melaksanakan kelima rukun
di atas tentu masih ada kewajiban-kewajiban lain yang melekat pada kita. Salah
satu dari sekian banyak kewajiban itu adalah menegakkan Islam di mana pun kita
berada. Hendaknya Islam selalu mengiringi sepak terjang langkah kita, sebagai
jalan hidup paling komprehensif. Dalam proses penegakan Islam ini, peran kita
selaku pemuda/pemudi muslim sangat diharapkan menjadi penerus tongkat estafet
para pendahulu kita. Ketika sudah saatnya para senior kita meletakkan bahu-bahu
mereka, berkenankah kita meminjamkan bahu-bahu kita untuk Islam?.
Ikhwan dan akhwat yang di Rohmati
Allaah, sudah saatnya kita bangun dari tidur panjang kita. Cukup kiranya mata
kita tertutup oleh silaunya dosa-dosa yang lalu. Saatnya kita sudahi sikap
kekanak-kanakan kita yang masih cengeng dengan ejekan mereka yang tidak senang
jika kita menjadi lebih baik.
Allaah berfirman dalam ayatnya:
Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung (Ali ‘imron: 104).
Telah Allaah berikan legitimasi oleh
Allaah bahwa orang-orang yang menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
kemungkaran maka ia termasuk orang-orang yang beruntung. Beruntung yang
bagaimana? Tentunya beruntung di dunia berupa kehidupan yang lapang dan
keberuntungan akhirat yakni hadiah manis berupa surga Allaah. Salah satu hal
yang patut kita renungkan adalah apakah kita sudah menjadi bagian dari golongan
itu. Golongan yang menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.
Na’uudzubillaah jika kita ternyata justru termasuk golongan orang yang menyeru
kepada kemunkaran dan mencegah dari yang ma’ruf.
Dalam ayat lain Allaah berfirman:
Jika kamu
meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan
balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha
Penyantun (At Taghobun: 17).
Secara makna memang yang dimaksud “pinjaman”
dalam ayat tersebut adalah berupa harta yang diinfaqkan di jalan Allaah untuk
menegakkan kalimat-Nya yang mulia. Namun perlu dipahami pula bahwasanya ketika
kita berbicara perjuangan untuk menegakkan Islam, tidak terbatas pada harta
saja namun juga jiwa dan raga. Harta, jiwa dan raga kita, kita pinjamkan kepada
Allaah untuk membawa tongkat estafet para pendahulu kita yakni Rosulullaah,
para shohabat dan para pejuang Islam setelahnya.
Mari bercermin, apakah kita bersedia
meminjamkan bahu kita untuk perjuangan menegakkan islam?.
Komentar
Posting Komentar