Remaja 74 - Marah Sama Ortu? Jangan Deh!
Satu ketika
dalam hidup kamu, pernah nggak sih merasa marah sama ortu? Marah karena
dianggap anak kecil, marah karena diatur-atur, atau marah karena nggak
dipercaya. Gimana rasanya? Ugh….gak asik banget pastinya. Di satu pihak rasa
sayang sama ortu itu mendalam, tapi di pihak lain kecewa bin marah juga sedang
menggumpal. Kalo kayak gini, apa yang biasanya kamu lakukan untuk meredam rasa
negative ini?
Mencoba
memahami sudut pandang ortu. Orang bule bilang,put yourself on someone’s
shoes. Kalo kamu berdiri sebagai ortu dan bukan sebagai anak, coba
kamu bayangkan apa yang kamu lakukan terhadap anak seusiamu yang masih suka
keras kepala. Udah gitu yang kamu kudu ingat adalah zaman ortu hidup semasa
muda dulu, sangat jauh beda dengan zaman kamu hidup sebagai remaja masa kini.
Zaman ortu dulu
tak ada yang namanya HP, CD, PS atau bahkan internet. Zaman ortu dulu tokoh
idolanya paling pol Rano Karno atau Yesi Gusman. Nah loh, kamu pasti merasa
asing banget dengan dua nama itu. Coba tanya ortumu, kemungkinan besar mereka
bakal tahu. Dengan perbandingan dua zaman yang berbeda ini, masuk akal kalo
ortumu suka parno (paranoid) menghadapi anaknya yang beranjak remaja.
Mereka jadi gampang mengatur, melarang ini itu, menasehati banyak hal, dll. Gak
usah marah or bĂȘte, semua itu sebagai bukti bahwa ortu sayang dan peduli sama
kamu.
Dua zaman yang
berbeda, tak heran bila menimbulkan gap atau jurang yang lebar antara kamu dan
ortu dalam memandang dunia. Tak bisa dan tak bukan, kalian yaitu kamu dan ortu
harus menjalin komunikasi yang baik agar tidak ada masalah dalam menyikapi
segala sesuatunya. Kalo dulu jarang banget ngobrol dengan ortu, usahakan
menyediakan waktu lebih sering untuk membicarakan banyak hal termasuk curhat.
Jangan takut curhat dengan ortu.
Toh, mereka pun pernah muda kan?
....Kemarahanmu
terhadap ortu sama sekali tak beralasan. Kondisi ini jelas tak sehat untuk
dipelihara di dalam rumah. Jangan diperpanjang deh. Tak ada salahnya kok
sebagai anak, kamu mengalah pada ortu, selama itu demi kebaikan kamu. Why
not nurut sama ortu?....
Jadi,
kemarahanmu terhadap ortu sama sekali tak beralasan, kan? Kalo kamu tetap
memelihara rasa marahmu, persoalan bukannya kelar tapi malah berubah jadi
rumit. Ortu dan anak jadi tak merasa nyaman dan aman satu sama lain. Kondisi
ini jelas tak sehat untuk dipelihara di dalam rumah. Jangan diperpanjang deh.
Tak ada salahnya kok sebagai anak, kamu mengalah pada ortu. Mengalam belum
tentu kalah loh. Tapi selama itu demi kebaikan kamu, why not nurut sama ortu?
Beda lagi kalo
ortu mengajak maksiat. Emang ada? Jangan salah, banyak banget ortu yang kurang
pemahaman agamanya, malah mengajak anaknya untuk bermaksiat. Misalnya saja ortu
pingin kamu segera pacaran agar dibilang anaknya laku (emangnya jualan kue
donat apa hehehe:P). Atau ortu gak pingin kamu pake jilbab bagi yang
muslimah karena mereka beranggapan bahwa berjilbab itu kuno. Nah, untuk yang
beginian, baru deh gak boleh nurut sama ortu. Tapi tetap, kamu tak boleh marah
apalagi berbuat dan berkata kasar pada mereka.
Jelaskan dengan
baik dan lemah lembut bila ini terjadi pada dirimu. Sedikit pun tak ada hakmu
untuk berperilaku kasar terhadap kedua orang tua. Mereka melakukan itu semua
karena ketidaktahuannya. Jadi, tugasmulah untuk menyampaikan kebenaran bahwa
berpacaran itu adalah aktivitas mendekati zina dan berjilbab adalah suatu hal
yang wajib bagi muslimah. Bila kamu menyampaikannya dengan baik, insya
Allah hati mereka luluh dan bisa menerima keputusanmu untuk berjilbab dan
menjauhi pacaran.
So, jangan pernah
lagi marahan sama ortu ya? ^_^
Ria
Fariana
Komentar
Posting Komentar