Remaja 23 - Belajarlah Bersyukur, Wahai Anak Muda
Alkisah seorang
anak muda yang sedang bersedih hati, tengah duduk- duduk di sebuah taman.
Dia menempati sebuah bangku yang hanya ada satu bapak tua saja
disebelahnya. Anak muda tersebut kemudian mengajak si pak tua bercakap-
cakap sambil melepas lelah dan menghangatkan suasana.
Dia
kemudian menceritakan tentang begitu banyak penderitaan serta kekurangan
dalam hidupnya. Sesekali dia menangis sambil menyeka air matanya. Sungguh
sangatlah berat beban di hatinya.
Setelah
beberapa saat mereka menghabiskan waktu bersama, anak muda tersebut
berkata kepada bapak tua, " Kau lebih tua dari pada aku, maka berilah
aku ilmu tentang pengalaman hidupmu". Si bapak tua hanya tersenyum, lalu
dia berkata,
"anak
muda, bagaimana pendapatmu, kalau ada seseorang yang kaya, yang bersedia
membeli matamu itu dengan harga berapapun yang kau mau? apa kau bersedia?
"
" Tidak,
aku tidak akan mau, walau berapapun dia membayarku. Bukankah kesehatan itu jauh
lebih berharga, pak tua?" Jawabnya tersebut bersemangat.
" Lalu
bagaimana kalau dia mengganti pilihannya dengan membeli kedua kakimu? mungkin
dengan harga yang lebih mahal lagi misalnya" Lanjut pak tua tersebut.
" Apa
gunanya semua uang itu pak tua, kalau aku tidak bisa menikmati dunia ini karena
aku pincang?. Aku tidak mau"
" Kalau
tanganmu saja?"
"Tidak
mau!" jawab si anak muda singkat.
"Baiklah,
kalau begitu bagaimana kalau dia membeli hatimu saja?" tanya pak tua
sambil tersenyum.
" Pak tua,
ada apa denganmu? aku meminta nasehatmu, malah kau menyarankan menjual organ
tubuhku. Aku pasti tidak akan mau. Walaupun mereka membelinya dengan harga
milyaran sekalipun." jawab anak muda tadi dengan sedikit marah.
Si bapak tua
tertawa, serta geleng- geleng kepala melihat anak muda yang duduk di sebelahnya
.
" Hay anak
muda, jika kau sudah beroleh nikmat seharga milyaran dari Allah, lalu
atas tujuan apa lagi kau masih mengeluh? dimana rasa malumu pada Tuhanmu?.
Kau masih muda, kau masih mampu melakukan segalanya, kau kuat. Ingatlah, satu hal
yang merenggut kesenangan dan kedamaian hidupmu, adalah keluhanmu dan rasa
tidak bersyukurmu itu".
"Lalu...?"
tanya anak muda tersebut dengan masih terbengong.
"
Kesenangan itu tidak hanya sebatas harta dan materi
semata. Sadarilah, bahwa keimanan, kesehatan, keluarga, kepandaian,
ataupun teman yang baik, dan sebagainya adalah nikmat yang tidak terhingga.
Allah memberi semua itu, bahkan saat kita tidak meminta sekalipun.
Bukankan Allah itu sangat baik?. Maka syukurilah semua itu. Dan
jangan hanya mengeluh".
Mendengar semua
wejangan dari si bapak tua tersebut, si anak muda hanya terbengong tanpa bisa
berkata apa- apa. Dan belumlah selesai semua itu, sang bapak tua kemudian
meninggalkan tempatnya duduk.
Beliau berjalan
dengan menggunakan tongkat karena ternyata beliau buta, dan hanya memiliki
sebelah kaki saja. Saat mencoba berdiri, wajah beliaupun terlihat lebih pucat.
Anak muda tersebut terperangah melihat keadaannya. Dan sebelum bapak tua itu
benar- benar pergi, si anak muda bertanya,
" Kau
tampak pucat, apa kau sakit?"
" Sudah 2
tahun ini, bapak sakit liver. Dan sudah sebulan lebih, setiap pagi bapak
menghabiskan waktu disini, untuk sekedar menghibur diri. Dan kau tahu anak
muda, walaupun keadaan bapak seperti ini, tapi bapak tidak mau marah pada
Allah, malah sebaliknya bapak ingin
selalu belajar bersyukur, bahwa sampai saat ini bapak masih diberi
nafas, paling tidak untuk bisa tertawa ketika bersamamu tadi." Jawab pak
tua dengan senyum.
Dan Beliaupun
akhirnya meninggalkan si anak muda yang masih tetap terpaku dengan seribu satu
pikiran yang ada di kepalanya.
Naayma
Komentar
Posting Komentar