Remaja 39 - Hati- Hati Terhadap Pornografi
Ibarat
membalikkan telapak tangan, semudah itu pula anak-anak mengakses multimedia.
Tinggal klik, beragam topik hadir dalam hitungan detik, termasuk pornografi.
Beberapa waktu
lalu Yayasan Kita dan Buah Hati serta Rafa Health & Beauty Lifestyle
(RHBL), memaparkan hasil penelitian yang dilakukan sejak Januari
2008-Februari 2010 di hadapan Komisi Nasional Perlindungan Anak tentang
perilaku anak terhadap pornografi.
Penelitian ini
berdasarkan 2.818 sampel yang diambil pada anak-anak kelas 4-6 SD. Hasilnya
sungguh mengejutkan, sebesar 67 persen anak-anak ternyata pernah melihat dan
mengakses pornografi. Malah, sebanyak 37 persen di antaranya mengakses dari
rumah sendiri. “Karena inilah, orangtua harus tahu benar apa saja bahaya dari
pornografi. Meski efeknya tak datang sekaligus melainkan perlahan-lahan, bukan
tak mungkin anak-anak akan tumbuh menjadi pecandu seks atau pelaku kekerasan“
ujar Donna Rice Hughes , Presiden Enough Is Enough (EIE) dan pakar
internet sehat.
Terbawa Arus
Pornografi
didefinisikan sebagai materi yang menggambarkan kegiatan seksual secara
terang-terangan dan bertujuan untuk merangsang pembaca, penonton, dan
pendengarnya. Yang diterjemahkan oleh anak-anak mengenai pornografi pun tak
jauh berbeda, yaitu gambar telanjang, sesuatu yang jorok, menunjukkan aurat dan
bagian yang tidak boleh dilihat.
Lalu, apa
motivasi anak-anak mengakses konten pornografi? Yang terbesar, 21 persen karena
iseng, 18 persen karena penasaran, 9 persen karena ikut teman, dan sisanya,
sebanyak 3 persen beralasan takut dianggap kurang gaul.
Keisengan
sendiri dapat diartikan sebagai perilaku tanpa tujuan jelas, atau dorongan
tanpa maksud jelas. Perilaku ini dapat diabaikan tanpa konsekuensi tertentu.
Sehingga dapat dihilangkan (tidak dilakukan) tanpa akibat pada dirinya. Coba
bandingkan dengan motivasi yang lain, misalnya ikut-ikutan teman di mana jika
ia tidak melihatnya akan berakibat dijauhi teman-temannya.
Medianya pun
beragam dan dengan mudah bisa didapatkan anak-anak. Misalnya komik, game
elektronik, tayangan televisi, film, telepon genggam, majalah, koran, dan
tabloid.
Mirip Kokain
Mengutip
tuturan Dr. Robert Weiss dari Sexual Recovery Institute di Los
Angeles, bahwa pornografi memiliki reputasi efek mirip kokain, yaitu
menimbulkan kecanduan seksual. “Cara kerjanya sangat cepat dan kuat,” kata
Weiss. Sama seperti penggunaan narkotika, pengalaman kenikmatan seksual yang
didapat dengan melihat gambar-gambar porno dapat menimbulkan pola perilaku yang
berulang dan semakin intensif. Alhasil, terciptalah kecanduan pornografi.
Ajari Tanggung Jawab
Lalu bagaimana
seharusnya orangtua bersikap menghadapi itu semua? “Anak-anak seharusnya
dibimbing untuk bertanggung jawab dalam setiap pilihan yang diambil.
Akibat-akibat sebuah perilaku. Ajarkan berpikir panjang sebelum bertindak,”
jelas Weiss.
Selain itu,
jangan pernah lelah membekali anak dengan pendidikan rohani yang kuat dan
aplikatif. Sehingga anak bisa memilah sekaligus memilih mana yang baik dan yang
buruk, yang benar dan yang salah. Tak hanya membekali, orangtua tentunya harus
menjadi teladan di rumah. Jangan sampai kita melarang anak kita dalam
pornografi, tapi kita sebagai orangtua diam-diam menonton film porno, misalnya.
Bekali juga
anak dengan edukasi tentang seks sejak dini yang disampaikan secara bersahabat.
Misalnya, mengetahui jenis kelamin, tidak mandi bersama bagi papa dan anak
perempuannya. Usahakan anak yang berbeda jenis kelamin tidak dalam satu kamar
dan sebagainya. Pengetahuan ini sebaiknya diperkenalkan karena apabila anak
tidak mendapat informasi yang cukup, maka ia akan mencari di luar.
Dari
bekal-bekal ini, anak akan paham bahwa orangtua bisa diajak terbuka, ia diberi
kepercayaan, sehingga anak paham mengenai tanggung jawab yang ia pikul atas tindakannya.
Intinya, ajarkan anak berpikir panjang sebelum bertindak.
Ajak Bicara
Orangtua tidak
boleh langsung menghakimi anak ketika ia tertangkap basah mengakses materi
pornografi. Bisa saja anak tak sengaja mengaksesnya, kan? Lebih baik ajak ia bicara,
dengarkan jawabannya, termasuk yang ia sembunyikan.
Pertanyaan yang
harus Anda ajukan adalah:
1. Pernahkah
kamu melihat sesuatu di internet yang membuatmu penasaran atau tak nyaman?
2. Pernahkah
kamu tanpa sengaja melihat gambar porno di internet?
3. Jika iya,
bagaimana itu bisa terjadi? Apa yang kamu rasakan?
4. Apakah
teman-temanmu per nah mengakses gambar atau video pornografi tanpa sengaja atau
sengaja?
1.
Terpaan Awal: Merupakan perkenalan pertama
dengan pornografi di mana anak mula-mula terkejut, jijik dan merasa bersalah.
2.
Ketagihan: Mulai bisa menikmati pornografi
dan berusaha mengulangi kenikmatan itu sehingga tanpa disadari menjadi bagian
dari kehidupannya yang sudah dilepaskan.
3.
Peningkatan: Mulai mencari lebih banyak
lagi gambar-gambar porno dan menikmatinya.
4.
Mati Rasa: Mulai mati rasa terhadap materi
yang paling porno, sekalipun ia sangat berusaha mendapatkannya lagi.
5.
Tindakan Seksual: Fase lompatan besar di
mana dia mencari kenikmatan seksual di dunia nyata.
Syahidah
Komentar
Posting Komentar